Recent comments

Pengamat: Pidato Abbas Gambarkan Kelemahanya




 

Tepi Barat – PIP: Walaupun dengan bahasa yang mengundang simpatik yang dibacakan Abbas dalam pidatonya di depan Majelis Umum PBB, namun ternyata ia belum mau beranjak dari sikapnya tetap berpegang teguh pada perundingan, sebagai pilihan satu-satunya dan menolak perlawanan yang dianggapnya sebagai tindakan terorisme.

Pernyataan diatas diungkapkan Profesor Abdu Sattar Qasim, guru besar ilmu politik di universitas nasional Al-Najah dalam pernyataan khususnya pada pusat informasi Palestina. Ia mengatakan, pidato Abbas berdiri di atas falsafah kelemahan. Hal yang kurang begitu nyaman bagi kelompok perlawanan.
Falsafah Lemah

Pidato Abbas di depan PBB, sesuai dengan prinsip dan pandanganya yang dibangun diatas falsafah kelemahan. “Seolah-olah ia berkata, kami adalah orang-orang lemah, kalian harus berpihak pada kami”. Setelah mengungkapkan kelemahanya, lalu ia mengakhiri pidatonya dengan pengakuan terhadap suatu negara.”

Qasim berpendapat, pidato Abbas bagi kelompok perlawanan tidak disepakati. Harusnya Abbas tidak menutup pilihan perlawanan. Minimal dia berbicara tentang kemungkinanya atau sebagai alternative lain dari perundingan.

Dalam hal pengungsi, pidato Abbas tampak terpuruk. Padahal masalah ini sangat perlu penjelasan dan seharusnya ada upaya untuk memperjuangkan hak kembali, tidak bergantung pada inisiatif Arab yang terbukti gagal, karena hal tidak sejalan dengan resolusi no 194.

Walau banyak sekali sisi negative dari pidato Abbas tersebut, namun menurut Qasim ditinjau dari sudut pandangan serta falsafah yang dikembangkanya yaitu berawal dari kelemahan dan berpegang pada proses perdamaian dan perundingan, pidato Abbas dianggap baik.

Selain itu, Qasim berpendapat, pidato Abbas yang menggambarkan tidak adanya nurani bagi semua orang yang menolak mengakui terhadap negara Palestina dan hal ini diarahkan pada Washington merupakan sikap yang berani, ungkap Qasim. 

Tidak ada komentar