200 Gerbang Ditutup, Hebron Jadi Penjara Besar Selama 19 Hari
Hebron – Di gerbang Fawar, selatan Hebron, sebelah selatan Tepi
Barat, sejumlah warga Palestina dengan mobilnya membawa Haji Sitani
Muhammad Najjar untuk melintasi gerbang baru Israel yang ditutup sejak
19 hari agar bisa keluar ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan.
Meski harus lelah dirasakan Haji Najjar, namun semangat
menghadang tantangan tidak pernah terkalahkan. “Apapun yang mereka
lalukan kepada kami, meski gerbang masuk kota dan jalan ditutup, meski
kami diblokade, kami tidak akan menyerah. Konflik kami dengan mereka
yahudi tetap akan terus menggelora sampai mereka hengkang dari bumi
kami.” Tegas Haji Najjar.
Blokade Hebron Berlanjut
Pasukan Israel terus memblokade kota Hebron di hari ke-19
berturut-turut baik dari sisi keamanan dan militer. Puluhan jalan-jalan
utama dan arteri ditutup. Warga Palestina yang berjumlah mendekati 1
juta di sana menjadi menderita setiap hari.
Haji Najjar menambahkan, “Mereka (Zionis) menerapkan secara paksa
politik sanksi massal. Zionis mengira, jika mereka menutup kamp
pengungsi dan wilayah lain, kami akan maraih kepada kelompok perlawanan
Palestina dan terjadi pertumpahan darah antara kami. Namun itu tidak
akan terjadi. Justru kami akan mencium tangan mereka yang membela tanah
air kami.”
Kamp Pengungsi Fawar, Siksa Lalu Lintas
Kondisi kamp pengungsi Palestina Fawar tidak berbeda dengan baldah
Bani Naim yang juga ditutup penuh pintu gerbangnya dan jalan-jalan ke
sana. 20 ribu warga hidup di baldah (daerah setingkat kecamatan)
mengalami siksaan dalam lalu lintas ke tempat kerja mereka atau lembaga
mereka yang ada di timur kota.
Sementara itu, Ahmad Tharathirah warga Fawar ini setiap harinya harus
menderita yang sebelumnya belum dirasakan. Penutupan jalan utama dan
arteri menciptakan kelelahan dan siksa tersendiri bagi warga ketika
mereka masuk dan keluar akhirnya harus berjalan kaki dalam jarak cukup
jauh karena harus ada perlintasan tanah atau gerbang besi yang dipasang
pasukan Israel.
Kerugian Ekonomi
Wilayah selatan kota Hebron menjadi tempat chaos akibat
penutupan berkali-kali di jalan sehingga dari waktu ke waktu warga harus
menempuh jalan memutar, termasuk menghalangi aktivitas perdagangan.
Salah satu pebisnis batu Muhammad Athras menyatakan, “Penutupan
gerbang besi menyebabkan kerugian ekonomi. Hal ini diakibatkan oleh
biaya kendaraan angkut yang harus memutar-mutar.”
Meski begitu, warga tetap tegar menghadapinya. Pagi petang mereka
tetap menjalankan aktifitasnya dari rumah ke tempat kerja mereka.
Hebron hingga kini masih berada dalam sanksi massal yang diterapkan
oleh pasukan Israel tanpa mempedulikan undang-undang internasonal.
Sebab, 200 gerbang dan jalan ditutup. (mk/knrp)
Sumber: infopalestina.com
Tidak ada komentar